Jumat, 23 Juni 2017

CERMIS : VILLA 18


Haiii...Haii...Hai...
I’m comeback again.

Sebelumnya, ada suatu kejadian menyebalkan yaitu Blog yang namanya Santi Diary atau www.santinuraga.blogspot.com gak bisa kebuka L   Gue lupa kata sandi sama emailnya. Parah kan? Maka dari itu gue posting ulang cerita yang ada di Blog itu, lebih tepatnya gue pindahin ke blog ini.

Padahal itu dari 2015, blog pertama gue tapi ... ya, yaudahlah terpaksa gue bikin yang baru. Dan ini dia yang baru.

SELAMAT DATANG DI SANTI HISTORY’S .
                                    Dan selamat membaca.....

****
Cakka sedang asik dikamarnya sendirian. Ia memainkan laptop putihnya dengan gembira. Liburan sekolahnya masih panjang. Ia sangat senang jika sekolah mengadakan liburan. Karena menurutnya liburan itu sangatlah menyenangkan. ' Great Holiday '  begitulah Ia mengucapkannya.

DDRRTTT DDRRTTT

Tiba-tiba ponselnya bergetar.
 Cakka lantas mengambilnya dan ternyata terdapat pesan masuk. segera Ia membacanya dan membalas pesan itu.

From : Viinkodok

Bro. Liburan nanti kita kemana ?

To : Viinkodok

Ga
tau. Gue sih terserah loe.

Cakka menutup laptopnya. Lantas Ia beranjak keluar kamar. Dilihatnya seisi rumah mewah itu tidak ada orang sama sekali. Ia tahu pasti kedua orangtuanya pergi tanpa izin. Dan meninggalkan Ia sendiri dirumah. Seperti biasa Cakka pergi ke dapur dan membuat Hot Cap
puccino minuman kesukaannya. Cakka kembali ke kamarnya dan mengambil ponselnya. Dilihat lagi ada pesan masuk. Tak butuh lama Ia menelepon temannya itu.

" Vin..
Mending loe ke rumah gue aja deh. Gue Boring banget.  Asli nih. Cepetan 5 menit loe gak datang.  Mati loe ."

BIIPP

Cakka mematikan sambungan teleponnya. Orang disebrang sana mungkin sedang merutuki ucapan Cakka yang setiap harinya mengancam dirinya jika Ia tidak menuruti kemauan Cakka. Bagaimana tidak? Alvin. Teman Cakka yang satu itu sangat takut jika melihat Cakka marah. Dan Ia akan menuruti ucapan Cakka jika Cakka menyuruhnya.

Tak lama kemudian
orang yang ditunggu Cakka pun datang.  Siapa lagi jika bukan Alvin.  Rumah Alvin pun tak jauh dari rumah Cakka.  Cukup hanya melewati beberapa rumah saja.

Tok..Tok..Tok..

Alvin mengentuk pintu rumah Cakka. Cakka pun turun dari kamarnya yang terletak di lantai dua. Dengan langkah cepat Cakka membuka pintu rumahnya.
 Cakka dirumah hanya sendiri. Tak ada pembantu maupun supir sedangkan kedua orang tuanya sedang pergi menghadiri acara pernikahan teman mereka.

"
Ehhe Vin.  Ma..." Tanpa ditunggu pun Alvin langsung masuk ke rumah Cakka. Cakka hanya melengos melihat perlakuan temannya ini yang sangat abnormal dari biasanya.

"
Ada apa nih undang gue sampai ke sini?  Kangen bukan?" tanya Alvin begitu percaya dirinya. Membuat Cakka ingin muntah.

"
Hueekk...PD banget loe." kata Cakka sambil pura-pura muntah seperti ibu-ibu yang sedang hamil.

"
Kita bicarakan liburan lah" jawab Cakka

"
Gue sih boleh aja Kka.  Lagian liburan masih panjang.  Gue bosan dirumah terus."

"
Iya gue juga sama.  Terus ? Kita liburan kemana?"

"
Ke hati kamu Kkaaa."

Untuk kesekian kalinya Cakka dibuat ingin muntah oleh perkataan Alvin. Alvin hanya tertawa melihat ekspresi Cakka yang menurutnya lucu.

"
Apaan sih? Jijik tau.”

"
Haha... Sorry Kka.  Efek jomblo nih. "

"
Jomblo sih jomblo tapi jangan ngegoda gue juga dong.  Jadian sana sama Sivia."

"
Apaan sih Kka.  Kok ke Sivia sih?" Tanya Alvin agak marah. Ia sangat tidak suka jika ada orang yang selalu menanyakan Sivia kepadanya.

"
Hahaha... Kenapa Vin? Sivia kan cantik. " ujar Cakka menggoda Alvin. Alvin hanya diam saja. tak menanggapi godaan Cakka.

"Oiya gimana kalau kita ajak Sivia sama Shilla Vin? " usul Cakka.
 Alvin pun menatap ke arah Cakka dan melemparkan bantal kepadanya.

BUUG

Tepat pada sasaran. Alvin melempar bantal itu tepat diwajah Cakka. Cakka pun meringis dan melempar kembali bantal itu.
 Tapi bantal itu tidak tepat di wajah Alvin. Melainkan bantal itu melewati tubuh Alvin.

"
Gak kena wleee ." ledek Alvin seperti anak kecil.

"
Sialan loe.

"
Oiya Kka.  Paman gue punya Villa di puncak.  Gimana kalau kita liburan ke sana aja." usul Alvin. Cakka sedikit berpikir dan mengangguk-anggukkan kepalanya. menandakan Ia sangat setuju.

"Boleh juga Vin.  Tapi ajak Sivia sama
Shilla ya?"

"
Terserah loe deh."

Cakka pun menghampiri meja belajarnya. Ia menaruh gelas hot cap
puccino nya yang belum habis dan mengambil ponselnya untuk menelepon seseorang. Ia mencari nama di kontak hpnya. Ia pun menghubungi orang itu.

Hallo

Hallo

Sivia nya ada?

Iya ini gue. Ada apa?

Vi liburan kepuncak ikut gak?

Kepuncak?  Sama siapa?

Gue,  sama Alvin.

Emm gimana ya?

Ayolah Vi ikut. Nanti gue hubungi Shilla deh biar loe ada temennya.

Bener nih.  Yaudeh deh gue ikut.

Yeess...

Cakka sangat senang karena Sivia akhirnya ikut juga.
Dibenak Cakka, ia ingin mendekatkan Sivia dengan Alvin. Mungkin menurut Cakka , Sivia dan Alvin itu pasangan yang cocok. Mereka memiliki kesamaan dan hobi yang sama. Itu pun pandangan Cakka.

Kapan?

Besok Vi .. Kita kumpul dirumah gue.

Oohh yaudah besok gue ke sana

Oke deh.

BIIPP

Sambungan pun terputus. Cakka menatap Alvin yang menatapnya datar. Cakka pun menunjukkan senyuman devilnya yang membuat Alvin bingung.

"Vin.. hehe.." cengir Cakka tiba-tiba.

"
Apa loe?  Gak jelas banget." timpal Alvin sedikit membentak

"
Selooww dong Vin. Oh ya, gue harus nelpon princess gue."

Shill

Siapa nih?

Ini gue Justin Bieber

Apaan sih loe? Loe Cakka ya?

Hehe... Iya..Sayang..Gini yang.  Gue , Alvin sama Sivia mau liburan ke puncak.  Loe mau ikut gak?

Ikut dong.  Kapan?

Yees... Besok ,gue jemput loe deh

Ohh yaudah.

Iya

BIIPPP

Cakka kembali tersenyum kepada Alvin. Membuat
Alvin semakin jijik melihat senyuman Cakka.

“Tatapan loe mencurigakan. Sumpah.” Kata Alvin. Cakka memasang wajah datarnya.

“Sialan loe.” Jawab Cakka.  Alvin memutar kedua bola matanya. Lalu Ia pun tiduran dikasur empuk itu.

"Loe cinta sama Shilla Kka?" tanya Alvin sedikit serius.

"Hah?  Ya iyalah .  Gila aja gue gak cinta sama dia." ucap Cakka sembari meminum hot cappuccino nya.

" Ohh... Gue suka sama Shilla."

"Uhuukk..uhuuk..uhukkk." tiba-tiba Cakka terbatuk  setelah mendengar pengakuan Alvin.

" Cakk.. Cakk.. Loe gapapa Cakk? " ucap Alvin
yang langsung bangun dan menghampiri Cakka.

"
Airr...airr.." Alvin pun mengambil air didapur. Dan memberikannya kepada Cakka. Lalu Cakka meminumannya.

"
Makanya pelan-pelan Cakk.. kalau minum." ujar Alvin. Emang enak loe gue kerjain. batin alvin berbicara. Cakka pun menatap sahabatnya itu.

"
Loe..Loe beneran suka sama Shilla?" tanya Cakka sedikit terbata-bata.

"
Iya Cakk... Gue suka sama Shilla tapi..." ucapan Alvin tergantung membuat Cakka penasaran.

"
Tapii..."

"
Tapi bohong hahahahaha...." Tawa Alvin meledak. Membuat seisi rumah ini bergetar. Cakka menatap Alvin tajam. Ternyata Alvin hanya mengerjainnya.

" sialan loe."

******

Keesokan harinya

14.30 Perjalanan menuju Villa.


Cakka, Alvin, Shilla dan Sivia benar-benar ke puncak. Betapa senangnya mereka melewati berbagai kebun teh yang indah. Disertai dengan jalanan yang berbelok-belok membuat tempat itu semakin indah. Alamnya pun sangat sejuk dan sedikit dingin
dilengkapi dengan kabut yang tidak terlalu tebal. Akhirnya mereka memasuki kawasan hutan.  Jalan yang sedikit berlubang membuat mobil mereka tidak melaju cepat. Hari pun semakin sore. Dan jalanan ini  semakin sepi.

"
Apa masih jauh Vin?" tanya Sivia kepada Alvin.

"
Bentar lagi sampai kok.  Kenapa Vi?" tanya Alvin

"
Gapapa."

Beberapa jam kemudian mereka pun sampai ke tempat tujuan. Yaitu Villa 18. Villa yang kumuh dan tak berisi itu menjulang tinggi. Tanaman yang sudah mati pun tak memperindah rumah ini lagi. Dan banyak dedaunan yang berjatuhan di tanah.

"
Ini bener Vin Villa nya?" tanya Cakka

"
Iya Cakk.. Ini Villanya. Tapi waktu itu bukan kayak gini deh."

"
Yang bener Vin? "

"
Iya Cakk.. Waktu pertama kali gue kesini. Rumah ini tuh indah. Banyak tanaman. bersih lagi."

"
Emang kapan loe kesini?" tanya Shilla

"
Emm.... Kelas 3 SD hehe.."

"
Wooo pantesan aja.  Waktu loe masih kecil. "

"
Hehe iya Cakk.. Pantesan aja berubah."

"
Yaudah deh gue cek dulu." Alvin pun turun dari mobil. Ia membuka gerbang rumah itu. Dilihatnya banyak sekali sarang laba-laba yang menyarangi pepohonan atau pun Villa itu.

CLEEKK

Alvin membuka pintu Villa itu yang tidak terkunci. Alvin pun memasuki Villa ini dengan perasaan tak enak. Ia melihat-lihat Villa itu.
Kotor dan tak berpenghuni. Dilihatnya kedalam, beberapa debu terlihat disemua furniture Villa itu, dinding-dinding terlihat retak dan beberapa langit-langit ruangan berlubang. Sepertinya Villa itu sudah tak dihuni beberapa tahun.

"Permisi..." Sapanya. Alvin semakin dalam memasuki Villa itu. Ada rasa aneh yang menyelimuti dirinya.

"Permisi " sapanya sekali lagi.  Tetap tidak ada yang menyahut.

"Permisiii.." untuk ketiga kalinya pun tetap tidak ada orang yang datang atau menghampirinya.

"Gak ada orangnya nih Villa. Ya
udah deh gue ke mobil aja."

"
Gimana Vin? Ada orang gak?" ucapan Cakka membuat Alvin terkejut.

"
Huufftt sialan loe Cakk.  Buat gue jantungan. Kayaknya gak ada Cakk."  ucap Alvin

"
Sorry.  Hari semakin gelap , kita menginap di sini aja."

"
Tapi tempat ini kayaknya angker deh Cakk." lirih Sivia agak ketakutan sembari memegang lengan Shilla.

"
Takut mulu loe Vi. Kapan beraninya?" sindir Alvin dan mendapat tatapan tajam dari Sivia.

"
Kayak loe gak aja sih."

"
Gue kan cowok Vi.  Gue gak pernah takut." ucap Alvin bangga.

"Loe kan letoy Vin!" ucap Cakka tanpa dosanya.

"Gue gak letoy Cakk... Cuma kebanci-bancian dikit. PUAS LOEE.." Teriak alvin

"Hahaha... Sorry Vin. Kita cuma bercanda aja. Yaudah kamar kita dilantai atas aja."  ucap Cakka dan diangguki kedua temannya dan kekasihnya.

"Yaudah loe pada ke atas duluan
gue kebelet nih "kata Sivia dan berlari terbirit-birit mencari toilet.  Sedangkan Cakka, Shilla juga alvin membereskan kamar mereka yang akan mereka tempati.

*****

Toilet

Sivia akhirnya pun merasa lega setelah beberapa menit mencari toilet. Ia keluar dari toilet dan menemukan sebuah karung besar didekat pintu toilet. Karena penasaran Sivia pun membuka karung Itu.

"HHA?
Golok sama keris?  Siapa yang naruh ini semua disini? " tanya Sivia pada dirinya sendiri. Ia merasa terkejut sebab isi karung itu berupa golok dan keris beserta ceceran darah.

"
Itu milik saya, jangan coba-coba kamu sentuh."

Tiba-tiba Sivia mendengar suara dan dengan cepat Sivia membalikkan badannya. Dilihatnya seorang lelaki tua yang sedang menatapnya tajam sembari membawa golok.

"AAAAAAAAA....."

****

"SIVIAA.."

Kedua lelaki ini langsung panik mendengar teriakan Sivia. Shilla yang sedari tadi dikamar pun langsung menghampiri kamar Cakka dan Alvin. Lantas Shilla langsung membuka pintu kamar mereka.

BRAKK

“Sivia kenapa?" Tanya Shilla panik.

"
Toilet." mereka pun langsung berlari kearah toilet.  Pertanyaan Shilla pun diabaikan oleh kedua lelaki itu. Shilla tidak memperdulikan pertanyaannya itu dan Ia hanya mengkhawatirkan Sivia.

Mereka bertiga pun berjumpa dengan Sivia yang sedang menutup mulutnya dan dihadapan Sivia terdapat lelaki paruh baya. Betapa kagetnya mereka yang melihat lelaki tua itu membawa golok
membuat bulu kuduk mereka terasa berdiri.

"
Emm.. kakek siapa ya?" tanya Alvin memberanikan diri.

"
Harusnya saya yang menanya ke kalian.  Ada apa kalian kemari?" tanyanya dengan suara serak yang menyeramkan.

"
Emm.. Gini kek. Kami ingin menginap di Villa ini. Dan ini Villa milik paman saya. Oiya, paman saya kemana ya kek?  Dan kakek ini siapa?" tanya Alvin sekali lagi.

"
Jangan tanyakan pemilik Villa ini. Saya Asep, saya penjaga Villa ini.  Kalau kalian mau menginap disini, jangan berbicara hal yang tidak-tidak. Paham?" Ucap Kakek Asep sedikit membentak.

"
Iya kek. "

Mereka berempat pun kembali ke kamar masing masing. Dengan perasaan sedikit lega karena Villa ini ada penjaganya.

*****

Kamar perempuan

Shilla dan Sivia sedang sibuk melakukan aktivitas berbenah. Mereka membenahkan pakaian ke dalam lemari.

"Shill.
Loe ngerasa aneh gak sih sama kakek Asep?" tanya Sivia

"
Enggak tuh. Emang kenapa Vi?"

"Gue ngerasa kalau kakek Asep itu membunuh pemilik Villa ini." cetus Sivia seenaknya.

"Heh Sivia. Loe kalau ngomong dijaga dong.  Kalau kakek Asep denger gimana?" omel Shilla.

"Gue ngomong fakta Shill.  Gue yakin kakek itu tuh pembunuh dari tatapan matanya aja udah serem."

"Ssttt kalau dia bukan pem
bunuh gimana?  Loe yang bakal gue bunuh."

"
Iihh Shilla. Tapi gue yak.."

"
Terserah loe deh.  Gue mau mandi." ucapan Sivia terputus oleh ucapan Shilla. Membuat Sivia memajukan bibirnya kesal.

*******

kamar lelaki

Cakka dan Alvin sedang berbenah. Tak jauh dari Sivia dan Shilla. Mereka pun membenahkan pakaian mereka ke dalam lemari . Cakka pun selesai berbenah dan membaringkan tubuhnya. Alvin melirik Cakka dan menghampiri Cakka.

"Cakk .
 Menurut loe kakek tadi itu beneran penjaga Villa ini bukan?" tanya Alvin tiba-tiba.

"
Ya penjaga nya lah. " jawab Cakka singkat sembari memejamkan matanya.

"
Tapi dia kayaknya menyeramkan deh Cakk. Soalnya pas gue tanya pemilik rumah ini dia malah ngebentak kita kan?"

"
Terus?"

"
Ya terus gue ngerasa aja kalau kakek tadi tuh pembunuh Cakk." ucap Alvin sedikit menunjukkan wajah ngerinya.

"
Pikiran loe negatif terus Vin. "

"
Yaelah Cakk. Gue serius."

"
Gue juga."

Alvin membuka laci meja disebelah tempat tidur.
Dan dilihatnya berbagai banyak jenis pisau dan keris. Disertai lumuran darah segar yang sepertinya darah baru yang baru keluar.

"
Tuh Cakk.  Ini buktinya! " ucap Alvin mengagetkan Cakka. Lantas Cakka duduk dan mengambil pisau.

"
Siapa tau ini cuma koleksi aja Vin." ucap Cakka mencoba tenang.

"
Mana mungkin Cakk. Ini semua banyak darahnya. Darah segar nih."

"
Darah suci Vin." celetuk Cakka

"
Itu GGS Cakk.  Gue serius nih. Ini pasti darah manusia." ujar Alvin

"Fitnah loe.  Udahlah gak usah dipikirin.  Kita kesini buat liburan bukan buat mikirin kayak gituan.  Jangan ganggu gue mau tidur." Cakka pun berbaring dan menutup seluruh tubuhnya dengan selimut, sedangkan Alvin hanya melengos dan ikut tidur.

*****

Keesoka
n harinya.

Shilla dan Cakka berselfie ria disamping Villa. Dengan mesranya mereka sampai berpegangan tangan dan saling rangkul. Disisi lain ada seorang perempuan yang sedang mengintip kemesraan mereka.

"
Sayang.  Kamu tau gak?" tanya Cakka

"
Tau apa?" tanya shilla

"
Kamu hari ini cantik." celetuk Cakka dan membuat kedua pipi Shilla memerah.

"
Sayang." Cakka memegang kedua pipi Shilla membuat wajahnya menghadap ke arah Cakka. Ditatapnya kedua bola mata itu. Indah dan sedikit berkaca-kaca.

"
Mata kamu indah." ucapnya.

"
Mata kamu juga indah." balas Shilla

"
Kamu cantik." untuk kedua kalinya Shilla dibuat salting oleh Cakka.

"
Gue emang cantik dari sananya."

JTAAK

"AWWW"  Shilla meringis kesakitan karena kepalanya sedikit di jitak oleh Cakka. Shilla memanyunkan bibirnya.

"
Sakit tau."

"
Bibirnya jangan maju-maju dong. Nanti aku cium nih."  ujar Cakka menggoda Shilla kembali.

"
Apaan sih loe." Shilla menjauhkan wajahnya dengan wajah Cakka.

"
Hehe sayang. Sorry gue cuma bercanda. "

"
Iya. Yaudah masuk yuk."

Mereka pun memasuki Villa kembali. Saat sampai dekat pintu masuk. Shilla seperti melihat sosok putih
didekat jendela.

"Cakk.. Cakk...
Itu apaan?" tanya Shilla sembari menujuk ke arah jendela.

"
Mana?" tanya Cakka balik.

"
Ituu.. Lohh kok gak ada?" Shilla sepertinya kebingungan. Ia pun menghampiri jendela dan dilihatnya tidak ada apa-apa.

Cakka.  Tadi..tadi disini tuh ada putih-putih." ucap Shilla

"
Ah paling cuma kain Shill." ucap Cakka menenangkan Shilla.

"
Beneran. Dia itu semacam noni belanda." tegas Shilla masih kekuh bahwa ia melihat sosok lain. Tapi Cakka sama sekali tidak percaya.

"
Udahlah sayang.  Mungkin itu cuma kain. Ayok masuk."

Mereka memasuki Villa itu dan memasuki kamar masing-masing.
 Sivia dan Alvin memasuki Villa juga setelah setengah jam mereka berdua mengelilingi seluruh luar dan dalam Villa ini

*****

Hari mulai sore.
Waktu pun menunjukkan jam 16.30. Langit pun terlihat mendung menandakan sebentar lagi akan hujan. Ditambah angin yang tidak terlalu kencang. Cakka, Shilla, Sivia dan Alvin sedang berbincang-bincang ditengah-tengah Villa. Lebih tepatnya ruang keluarga di Villa ini.

"
Mau hujan." ucap Sivia saat melihat langit mendung.

"
Udah biarin kita kan didalam rumah ." ujar Alvin

"
Iya sih."

"
Em.. Gue laper nih." ucap Shilla sembari memegang perutnya.

"
Gue juga laper nih. Bikinin mie dong Shill. Di dapur udah ada kok mie nya." suruh alvin seenaknya.

"
Bikin aja sendiri." marah Shilla. Ia pun pergi ke dapur dan memasak mie.

" Tobat Cakk punya cewek kayak dia.
Malesnya gak ketulungan. ckck." celetuk alvin tanpa dosanya

"
Haha... gitu-gitu juga cewek yang gue sayang ,Vin. " tawa Cakka begitu senangnya.

"
Iya deh tau yang pacaran mesranya gak ketulungan." sindir Sivia berniat bercanda.

"
Apaan sih Vi? Sirik aja loe. Jadian sana sama Alvin hahahhaa.." Cakka semakin menggoda kedua orang itu. Membuat keduanya sedikit salting. Dengan cepat Sivia dan Alvin menghilangkan rasa malunya.

"
Ngomong sana sama tembok." Sivia rupanya semakin kesal atas perkataan Cakka.

"
Canda Vi."

"AAAAAAA....."

Tiba-tiba Shilla berteriak dengan kerasnya. Membuat Cakka,
Alvin dan Sivia panik.

"Shilla?"

"Shilla kenapa?" tanya Sivia.

Tanpa babibu lagi mereka bertiga pun berlari ke dapur. Dilihatnya Shilla yang sedang duduk dipojok dan menangis histeris.

"Shilla.."

Mereka bertiga menghampiri Shilla. Cakka pun mendekap Shilla erat. Shilla masih sesengukan menangis karena takut.

"
Kamu kenapa Shill?" tanya Cakka lembut. Shilla tak menjawab pertanyaan Cakka. Ia masih menangis didekapan Cakka. Membuat Cakka semakin khawatir dan bingung.

"Shill loe kenapa?" Kini giliran Sivia yang bertanya. Dan pertanyaan itu tetap tak dijawab oleh Shilla.

"
Gue...gue..gue..lihat han...han..."  ucap Shilla terbata-bata disela tangisannya.

"
Hantu Shill?" tanya Sivia. Shilla mengangguk pelan.

"
Mana Shill hantunya? Sini biar gue yang ladenin. Gue tusuk-tusuk tuh hantu." ucap Alvin sok memberanikan dirinya.

Shilla menujuk kerah jendela dekat dapur. Alvin Cakka dan Sivia melihat ke jendela. Betul. Dilihatnya betul-betul Hantu. Mereka melihat si Hantu
. Ia terlihat berlumuran darah, tangannya direntangkan ke depan seakan-akan meminta tolong. Wajanya mengerikan dan ia memakai kain putih.

"Vin, kata loe mau nusuk-nusuk dia. Ya udah gih tusuk." ucap Cakka tanpa mengalihkan pandangannya dari  Hantu itu.

"AAAAAAAAAA......" Mereka berempat pun berlari terbirit birit menjauhi dapur. Dengan berlari secepat kereta mereka menuju kama
r lelaki Dan menutup rapat-rapat pintu kamar. Mereka berempat pun berbaring di kasur dengan menutupi selimut.

"
Geser dong sempit nih. " bisik Sivia dengan suara bergetarnya.

NA..NA..NA..NA...

Tiba-tiba terdengar suara orang bernyanyi. Mereka berempat melototkan matanya dan saling tatap menatap.

"
Suara siapa itu?" bisik Alvin ketakutan.

"
Mana gue tau." jawab Sivia.

Tok..tok..tok..

Ada yang mengetuk pintu kamar ini. Mereka berempat menutup mulut mereka agar tidak berteriak. Keadaan yang mencekamkan ini membuat jantung berdetak hebat. Keempat manusia itu merasakan ketakutan saat datangnya sosok lain.

Tok..tok..tok

Diketuknya kembali pintu kamar ini. Cakka Shilla Sivia dan Alvin semakin tegang dan ketakutan.

Teng..teng..teng...(?)

Suara piano berbunyi tiba-tiba. Mereka baru sadar ternyata suara piano itu terdengar dekat. Sepertinya suara piano itu ada di kamar ini. Ya , didalam kamar lelaki ini terdapat sebuah piano yang tersimpan dipojokan kamar dengan berbagai banyak sarang laba-laba dan percikan darah.

Tik..tik..tik..

Seperti suara hujan. Padahal diluar Villa tak hujan. Ternyata itu suara jatuhnya darah dari meja ke lantai. Ketakutan menyelimuti mereka berempat. Alvin melihat jam tangannya. Jam memukulkan 00.00. Waktu yang memukulkan hantu-hantu itu keluar.

"
Jam 12 pas bro. pantes aja hiihh..." bisik Alvin.

"
Berisik loe. Diem deh." ucap Cakka yang berada didekat Shilla. Posisi mereka sedang berbaring. Cakka berbaring disebelah kiri dekat dengan tembok.  Sedangkan Alvin berbaring di sebelah kanan. Dan perempuan ditengah-tengah kedua lelaki ini.

Tuk..tuk..tuk..

Untuk kesekian kalinya mereka mendengar kembali suara orang berjalan.  Sepertinya suara itu mengarah ke mereka.  Dengan rasa takut mereka memejamkan matanya.

SSRRRTTTT

AAAAAAAAAA

Mereka berempat berteriak saat selimut mereka ada yang menarik dan dilihatnya seorang perempuan sedang berdiri disamping kasur ini. Alvin yang berbaring diposisi samping kasur ini pun merasa sudah tidak bernafas lagi. Detak jantung mereka begitu cepat saat perempuan itu mengarahkan wajahnya ke arah mereka.

Wajah yang penuh darah dan penuh dengan jerawat disertai bau bunga tujuh rupa menghadap ke Alvin.Alvin yang sedari tadi memejamkan matanya akhirnya memberanikan diri untuk membuka matanya. Saat dibuka mata itu Alvin langsung kaget tiada tara.

Tiba-tiba leher alvin berasa ada yang mencekik. Alvin membuka mulutnya meminta pertolongan. Nafasnya sudah hampir habis karena cekikan itu sangat kuat. Sivia dan Shilla menangis saat melihat kedua bola mata Alvin hampir keluar.

Tak lama Alvin pun menghembuskan nafasnya. Keadaan semakin membuat mereka ketakutan. Disana hanya Ada Cakka diantara kedua gadis itu. Dan mayat Alvin disertai dengan perempuan itu yang sepertinya belum puas membunuh Alvin.

"
Loe...Loe mau apa?" tanya Cakka memberanikan diri bertanya. Perempuan itu menatap Cakka tajam. Namun tangannya tanpa henti mencekik Alvin.  Pertanyaan Cakka tak dijawab perempuan itu. Ia malah mengarahkan tangannya menunjuk ke Sivia.  Ditariknya Sivia untuk mendekat kepadanya.

"Viaaa..." teriak Shilla saat Sivia ditarik perempuan itu.

"TOLLOONGG... TOLLONGG GUE CAKK..SHILL..TOLONGGG HIKSSS..." Teriak Sivia ketakutan. Tanpa butuh lama perempuan itu mengeluarkan pisau dan menusuk-nusuk perut, dada, leher dan mata Sivia. Shilla semakin histeris menangis dipelukan Cakka. Begitu juga dengan Cakka.

"
Ma..mau..mau loe apa?" tanya Cakka sekali lagi. Perempuan itu mengarahkan matanya ke Cakka dan Shilla. Tetapi tangannya masih asik menusuk-nusuk tubuh Sivia. Hingga darah itu pun berceceran ditubuh Alvin dan Sivia.

"
Aku ingin kalian pergi dari sini. " ucapnya dengan suara serak.

"
I..iya kita akan pergi. ta..tapi jangan bu..bunuh kita." ujar Cakka dan dengan cepat berlari sambil memegang erat tangan Shilla.

Cakka Dan Shilla berlari keluar Villa dengan cepat. Mereka pun memasuki mobil dan melajukan mobil dengan kecepatan tinggi. Diperjalanan hutan mereka pun semakin ketakutan karena hutan itu semakin gelap. Shilla yang duduk disamping Cakka pun terus menangis histeris. Tak menyangka liburannya akan menghancurkan hidupnya dan teman-temannya.

"
Gak nyangka gue kalau liburan kita kayak gini." ucap Cakka dan diangguki Shilla.

Lampu-Lampu jalanan kota pun terlihat. Mereka merasa lega karena sudah sampai jalanan kota puncak. Keadaan mencekam itu belum berakhir. Saat mereka sedang asik bernafas lega terdengar suara orang sinden didalam mobil. Cakka melirik Shilla begitu juga dengan Shilla. Mobil pun diberhentikan Cakka ditepian warung. Cakka dan Shilla melihat ke belakang. Tak ada apa-apa. Saat mereka melihat kedepan. Terdapat Perempuan tadi yang ada di Villa.

"AAAAAAA "

Teriak Cakka dan Shilla. Dengan cepat Cakka menyalakan mesin mobil dan menjauhi tempat tadi. Jalanan sepi pun membuat Cakka lebih cepat membawa mobil. Saat melewati turunan. Kabut Asap tebal pun melewati mobil mereka dan setelah mereka melewati kabut itu mereka melihat perempuan tadi ditengah jalanan. Cakka tak bisa berpikir cepat dengan keadaan panik Cakka membantingkan setir mobil kearah ke kiri
.

BRAAKKKK

Mobil Cakka menabrak tebing. Dan membuat tebing itu longsor mengarah ke mobil Cakka. Tentu saja tanah-tanah itu menutup mobil Cakka. Cakka dan Shilla sudah tidak bernafas lagi. Karena mobil sudah hancur juga ditambah tanah longsor yang menimpa mereka.

Disisi lain,
seorang perempuan melihat kejadian itu. Ia tersenyum senang. Senyuman yang tak bisa diartikan. Ya senyuman sinis dengan tatapan tajam. Siapa lagi jika bukan perempuan yang ada di Villa tadi.

THE END

****

Maaf, jelek. Ini cerita pertama banget punya gue waktu itu. Dan ini juga postingan cerpen pertama di blog pertama gue. Tapi, ah yasudahlah. Karena ini dipindahin, jadi, semua postingan di blog pertama ada semua diblog ini.

Okedeh, jangan lupa follow twitter dan instagram gue
@santi_NRG


Arigatou :*

Tidak ada komentar:

DIARY DEPRESI RIO

Haiii...Haiii...Haii.... I’m comeback again. Ini ceritanya tentang Rio nih yang depresi sama kehidupan lalunya. Sedikit dari kisah nyat...

Cari Blog Ini