Jumat, 23 Juni 2017

DIARY DEPRESI RIO

Haiii...Haiii...Haii....
I’m comeback again.
Ini ceritanya tentang Rio nih yang depresi sama kehidupan lalunya. Sedikit dari kisah nyataku huhu....tapi, Alhamdulillah aku bukan anak jalanan ^­_^
Kalian yang merasakan hal yang sama kayak aku, jadi anak Broken Home harus sabar, jangan ngecewain orangtua apalagi sampai mabuk-mabukan. Gak banget deh. Kita harus tetep jalanin hidup ini agar orangtua kita bangga disuatu saat nanti. Amin.

Oke langsung aja....
***

Rio sedang memainkan gitar kesayangannya. Dipetiknya senar gitar itu dengan lincahnya. Tak terasa hari semakin sore. Awan pun mulai gelap menandakan malam akan datang. Bertepatan dengan cahaya-cahaya lampu yang menerangi wajah lelaki itu.

Rio mengadahkan wajahnya ke langit. Dilihatnya bintang-bintang yang indah bertaburan disana. ditambah lagi dengan bulan yang terang cahayanya.

Rio teringat kembali masa lalunya yang kelam. Masa lalunya yang menyedihkan. Masa lalu yang tak akan pernah bisa terlupakan. Rio memejamkan matanya . Menikmati malam yang indah ini.

#FLASHBACK ON

"INI SEMUA GARA-GARA KAMU. AKU BEGINI JUGA GARA-GARA KAMU." teriak seorang lelaki bertubuh tinggi kepada sang perempuan. Sepertinya lelaki itu berumur 41 dan perempuan itu berumur 36. Rupanya mereka sedang bertengkar hebat.

"
Jangan berteriak keras-keras. Nanti anak kita dengar " jawab sang perempuan dengan air mata yang mengalir deras.

"
Sudahlah.  Semua ini salahmu. Lebih baik aku pergi daripada melihatmu. Cuih"  Lelaki tua itupun beranjak pergi, tetapi sang perempuan mencegahnya untuk pergi.

"
Jangan pah. Ingat anak kita. "

"
Jangan mencegahku. Urus saja anak mu itu." ucapnya kembali dan berlalu pergi begitu saja.

"Mah.
Ada apa?" tanya sang anak kepada sang Mamah

"
Gak ada apa-apa sayang.  Kamu tidur lagi ya?" jawabnya sembari sesengukan.

"
Tapi aku lapar Mah. "

"
Nanti Mamah cari makan buat kamu. Kamu tidur dulu ya nak."

Anak kecil itu adalah Rio dan kedua orang itu adalah kedua orang tua Rio. Mereka bertengkar hebat
karena hal sepele. Hingga Papah Rio meninggalkan Rio dan Mamahnya. Saat itu Rio tak tau apa-apa. Karena Ia masih kecil. Masih sangat polos dan tidak mengerti apa yang mereka bicarakan.

Rio dan kedua orang tuanya hanya tinggal disebuah gubuk kecil. Gubuk yang tak jauh dari perkotaan. Rio adalah seorang lelaki kecil yang suka mengamen dijalanan. Uangnya pun hanya pas-pasan. Sedangkan ibunya adalah penjual nasi uduk keliling. Dan ayahnya seorang tukang parkir bar yang berada di perkotaan.

4 tahun kemudian

Rio kembali mengamen dijalanan perkotaan. Ia membawa gitar kesayangannya. Rio ternyata sudah berhenti sekolah, karena tak ada uang untuk melanjutkan ke pendidikan Tingkat SMP dan SMA. kini Rio berumur 17 tahun.  Saat lampu merah inilah kesempatannya meminta uang kepada pengemudi mobil motor yang berhenti.

"
Aku disini dan kau disana. Hanya berjumpa via suara. Namun ku selalu menunggu saat kita akan berjumpa." Saat bernyanyi tadi, Rio mendapatkan hasil yang cukup lumayan banyak. Suaranya yang bagus dan khas itu membuat Ia bersemangat untuk mengamen.

"
Alhamdulillah . Segini aja udah cukup buat makan mamah sama papah. " Ia pun sangat senang. ditaruhnya uang itu kedalam saku celananya. Rio mampir sebentar kerumah makan. Ia pun memesan makanan itu. Tak sengaja Ia melihat sang papah dengan wanita lain. Itu bukan mamahnya.Ia kaget. Rio sangat yakin. Rio pun tak jadi memesan makanannya dan pergi dari rumah makan itu. Tak ingin melihat pemandangan yang tak enak. Rasa laparnya pun hilang. Ia kembali mengamen untung menghilangkan kekagetannya. Penghasilan hari ini sangat menguntungkan. Rio kembali senang. Ia pun lupa dengan masalah yang tadi ada dirumah makan. Ia kembali kerumahnya untuk memberitahukan kepada kedua orangtuanya kalau uangnya cukup untuk makan.

"AKU SELINGKUH GARA-GARA KAMU. "

PLAKK

"
Mamah."

DEG

Rio dengan cepat berlari kedalam rumahnya. Dilihatnya rumah sangat berantakan. Ia melihat
mamahnya tersungkur dibawah sambil memegang pipi.  Sedangkan papahnya berdiri sambil melototkan matanya dan bertolak pinggang.

" Mamaaahhh.." teriak Rio dan memeluk Mamahnya erat.

" Rio.. Ngapain kamu pulang nak. " ucap mamahnya.

" RIO. JAUH-JAUH DARI MAMAHMU. " teri
ak papah Rio dan menarik kasar lengan Rio hingga terlepas dari pelukan mamahnya. Rio menepis kasar pegangan papahnya.

"
Jangan pegang Rio.  Sekarang Rio tau apa yang papah lakukin sama wanita itu. " teriak Rio dengan beraninya.

PLAKK

"WANITA MANA HAH?
WANITA MANA YANG KAMU MAKSUD RIO?"

"Papah jangan pura-pura. Rio melihatnya dengan mata Rio sendiri."

"APA ?KAMU MEMFITNAH PAPAH? DASAR ANAK DURHAKA."

PLAKKK

PLAKK

Rio merasakan sakit dikedua pipinya. Ia menatap sang papah tajam. Sang mamah pun datang dan memeluknya .

"
Udah sayang kamu gak usah ikut campur. ini urusan mamah sama papah." ucap mamah Rio

"
Apa kalian sudah bercerai? apa kalian tidak tau rasanya menjadi Rio? Apa kalian tidak memikirkan masa depan Rio? APA KALIAN TIDAK MEMIKIRKAN ITU SEMUA HAH? KALIAN EMANG EGOIS. Dulu Rio sangat ingin kebahagian. Tapi apa? Kalian selalu bertengkar. Kalian membuat hidup Rio hancur. Sekarang apa yang kalian mau lakukan? Berpura-pura bersatu didepan Rio?  Berpura-pura senang didepan Rio?Mah. Pah. Rio hanya ingin kebahagian. itu aja. Rio gak ingin kalian kayak gini. Rio emang egois. Rio emang gak tau apa masalah kalian. " ucap Rio panjang lebar. Kini Rio sedikit lega mencurahkan isi hatinya yang terpendam selama 4 tahun ini.

"
Nak.."

"4 tahun Rio menahan semua ini.
 4 tahun Rio tidak merasakan kebahagian. Yang ada hanya kesedihan dalam hidup Rio. Rio kira kalian memang pasangan yang romantis. Bermesra-mesraan didepan Rio. Pasangan yang menurut Rio seperti romeo juliet.  Walau 4 tahun lalu kalian sempat bertengkar hebat. Tapi ternyata? Kalian seperti ini? Diam-diam kalian sudah memiliki pasangan masing-masing. SEBENARNYA KALIAN ANGGAP RIO APA? HHA? JAWAB MAH PAH."

"Rio..." ucap mamah Rio sambil sesengukan menangis menahan semua amarahnya.

"Rio tau apa yang Rio katakan ini salah. sangat salah. tapi Rio  melakukan semua ini agar kalian tau perasaan Rio selama 4 tahun itu. Rio memendamnya sendiri. Asal kalian tau. Rio hari ini akan membuat kalian kejutan. Tapi Rio urungkan semua karena masalah ini. Rio gak nyangka semua akan berakhir seperti ini. Rio benci kalian berdua. " Rio pun pergi meninggalkan kedua orang itu.

"Rio kamu mau kemana nak?
 Jangan tinggalkan mamah nak. Rioo...Rioo..RIOOOOOOO....." teriak mamah Rio histeris. Tak menyangka buah hatinya tau semua ini. Ia tak percaya dengan semuanya. Mamah Rio pun pingsan.


****

Rio memasuki sebuah Ruangan yang penuh dengan banyak manusia. Ia pun duduk disebuah kursi dan meminta sebuah air yang bersoda. Ya Rio memasuki sebuah Bar /  Club malam dan ia meminum wine. Minuman yang sangat haram untuk diminum siapa pun. Rio hanya ingin melupakan semuanya. Melupakan masalah beratnya. Menghilangkan luka dihatinya. Ya Rio ingin melupakan semua itu.



*FLASHBACK OFF

Rio menghapus air matanya yang sedikit keluar. Rio menghela nafas beratnya. Ia mengembangnya senyumnya.
Kini Rio sudah sangat besar. Sudah menjadi pengusaha terkenal. Dan memiliki kekasih, yang bernama Ify .

"
Sayang. Kamu kenapa?" tanya Ify kepada Rio.

"
Gapapa kok. Aku cuma inget aja sama masa lalu aku." jawab Rio

"
Hmm... Yaudah.  Udah malem.  Aku tidur duluan ya?"

"
Iya."

CUPP

Ify pun mencium pipi kiri Rio begitupula dengan Rio. Ify pun beranjak kedalam rumah. Rio kembali
langit malam yang sepertinya mendung dan tak lama hujan pun turun dengan derasnya. Rio tersenyum, ia pun teringat sebuah lagu. Ia segera bernyanyi dan memetik gitarnya.


Malam ini hujan turun lagi
Bersama kenangan yang ungkit
Luka dihati

Luka yang harusnya
Dapat terobati
Yang kuharap tiada pernah terjadi

Ku ingat saat ayah pergi
Dan kami mulai kelaparan
Hal yang biasa buat aku
Hidup dijalanan

Disaat ku belum mengerti
Arti sebuah perceraian
Yang hancurkan semua hal indah
Yang dulu pernah aku miliki

Wajar bila saat ini
Ku iri pada kalian
Yang hidup bahagia berkat suasana
Indah dalam rumah

Hal yang selalu aku bandingkan dengan
Hidup ku yang kelam
Tiada harga diri agar hidup ku terus bertahan


Mungkin sejenak dapat aku lupakan
Dengan minuman keras yang saat ini ku genggam
Atau menggoreskan kaca dilengan ku
Apapun kan ku lakukan
Ku ingin lupakan

Namun bila ku mulai sadar
Dari sisa mabuk semalam
Perihnya luka ini semakin
Dalam ku rasakan

Disaat ku telah mengerti
Betapa indah di cintai
Hal yang tak pernah ku dapatkan
Sejak aku hidup di jalanan

Wajar bila saat ini
Ku iri pada kalian
Yang hidup bahagia berkat suasana
Indah dalam rumah

Hal yang selalu aku bandingkan dengan

Hidup ku yang kelam
Tiada harga diri agar hidup ku terus bertahan


                                                                        THE END
***
Ya...Ya...Ya... Gimana? Masih jelek dan kurang ya? Huhu... Gomen Gomen L
Oh ya, follow dong akun twitter sama instagram gue hehe
@santi_NRG


Arigatou :*

CERMIS : VILLA 18


Haiii...Haii...Hai...
I’m comeback again.

Sebelumnya, ada suatu kejadian menyebalkan yaitu Blog yang namanya Santi Diary atau www.santinuraga.blogspot.com gak bisa kebuka L   Gue lupa kata sandi sama emailnya. Parah kan? Maka dari itu gue posting ulang cerita yang ada di Blog itu, lebih tepatnya gue pindahin ke blog ini.

Padahal itu dari 2015, blog pertama gue tapi ... ya, yaudahlah terpaksa gue bikin yang baru. Dan ini dia yang baru.

SELAMAT DATANG DI SANTI HISTORY’S .
                                    Dan selamat membaca.....

****
Cakka sedang asik dikamarnya sendirian. Ia memainkan laptop putihnya dengan gembira. Liburan sekolahnya masih panjang. Ia sangat senang jika sekolah mengadakan liburan. Karena menurutnya liburan itu sangatlah menyenangkan. ' Great Holiday '  begitulah Ia mengucapkannya.

DDRRTTT DDRRTTT

Tiba-tiba ponselnya bergetar.
 Cakka lantas mengambilnya dan ternyata terdapat pesan masuk. segera Ia membacanya dan membalas pesan itu.

From : Viinkodok

Bro. Liburan nanti kita kemana ?

To : Viinkodok

Ga
tau. Gue sih terserah loe.

Cakka menutup laptopnya. Lantas Ia beranjak keluar kamar. Dilihatnya seisi rumah mewah itu tidak ada orang sama sekali. Ia tahu pasti kedua orangtuanya pergi tanpa izin. Dan meninggalkan Ia sendiri dirumah. Seperti biasa Cakka pergi ke dapur dan membuat Hot Cap
puccino minuman kesukaannya. Cakka kembali ke kamarnya dan mengambil ponselnya. Dilihat lagi ada pesan masuk. Tak butuh lama Ia menelepon temannya itu.

" Vin..
Mending loe ke rumah gue aja deh. Gue Boring banget.  Asli nih. Cepetan 5 menit loe gak datang.  Mati loe ."

BIIPP

Cakka mematikan sambungan teleponnya. Orang disebrang sana mungkin sedang merutuki ucapan Cakka yang setiap harinya mengancam dirinya jika Ia tidak menuruti kemauan Cakka. Bagaimana tidak? Alvin. Teman Cakka yang satu itu sangat takut jika melihat Cakka marah. Dan Ia akan menuruti ucapan Cakka jika Cakka menyuruhnya.

Tak lama kemudian
orang yang ditunggu Cakka pun datang.  Siapa lagi jika bukan Alvin.  Rumah Alvin pun tak jauh dari rumah Cakka.  Cukup hanya melewati beberapa rumah saja.

Tok..Tok..Tok..

Alvin mengentuk pintu rumah Cakka. Cakka pun turun dari kamarnya yang terletak di lantai dua. Dengan langkah cepat Cakka membuka pintu rumahnya.
 Cakka dirumah hanya sendiri. Tak ada pembantu maupun supir sedangkan kedua orang tuanya sedang pergi menghadiri acara pernikahan teman mereka.

"
Ehhe Vin.  Ma..." Tanpa ditunggu pun Alvin langsung masuk ke rumah Cakka. Cakka hanya melengos melihat perlakuan temannya ini yang sangat abnormal dari biasanya.

"
Ada apa nih undang gue sampai ke sini?  Kangen bukan?" tanya Alvin begitu percaya dirinya. Membuat Cakka ingin muntah.

"
Hueekk...PD banget loe." kata Cakka sambil pura-pura muntah seperti ibu-ibu yang sedang hamil.

"
Kita bicarakan liburan lah" jawab Cakka

"
Gue sih boleh aja Kka.  Lagian liburan masih panjang.  Gue bosan dirumah terus."

"
Iya gue juga sama.  Terus ? Kita liburan kemana?"

"
Ke hati kamu Kkaaa."

Untuk kesekian kalinya Cakka dibuat ingin muntah oleh perkataan Alvin. Alvin hanya tertawa melihat ekspresi Cakka yang menurutnya lucu.

"
Apaan sih? Jijik tau.”

"
Haha... Sorry Kka.  Efek jomblo nih. "

"
Jomblo sih jomblo tapi jangan ngegoda gue juga dong.  Jadian sana sama Sivia."

"
Apaan sih Kka.  Kok ke Sivia sih?" Tanya Alvin agak marah. Ia sangat tidak suka jika ada orang yang selalu menanyakan Sivia kepadanya.

"
Hahaha... Kenapa Vin? Sivia kan cantik. " ujar Cakka menggoda Alvin. Alvin hanya diam saja. tak menanggapi godaan Cakka.

"Oiya gimana kalau kita ajak Sivia sama Shilla Vin? " usul Cakka.
 Alvin pun menatap ke arah Cakka dan melemparkan bantal kepadanya.

BUUG

Tepat pada sasaran. Alvin melempar bantal itu tepat diwajah Cakka. Cakka pun meringis dan melempar kembali bantal itu.
 Tapi bantal itu tidak tepat di wajah Alvin. Melainkan bantal itu melewati tubuh Alvin.

"
Gak kena wleee ." ledek Alvin seperti anak kecil.

"
Sialan loe.

"
Oiya Kka.  Paman gue punya Villa di puncak.  Gimana kalau kita liburan ke sana aja." usul Alvin. Cakka sedikit berpikir dan mengangguk-anggukkan kepalanya. menandakan Ia sangat setuju.

"Boleh juga Vin.  Tapi ajak Sivia sama
Shilla ya?"

"
Terserah loe deh."

Cakka pun menghampiri meja belajarnya. Ia menaruh gelas hot cap
puccino nya yang belum habis dan mengambil ponselnya untuk menelepon seseorang. Ia mencari nama di kontak hpnya. Ia pun menghubungi orang itu.

Hallo

Hallo

Sivia nya ada?

Iya ini gue. Ada apa?

Vi liburan kepuncak ikut gak?

Kepuncak?  Sama siapa?

Gue,  sama Alvin.

Emm gimana ya?

Ayolah Vi ikut. Nanti gue hubungi Shilla deh biar loe ada temennya.

Bener nih.  Yaudeh deh gue ikut.

Yeess...

Cakka sangat senang karena Sivia akhirnya ikut juga.
Dibenak Cakka, ia ingin mendekatkan Sivia dengan Alvin. Mungkin menurut Cakka , Sivia dan Alvin itu pasangan yang cocok. Mereka memiliki kesamaan dan hobi yang sama. Itu pun pandangan Cakka.

Kapan?

Besok Vi .. Kita kumpul dirumah gue.

Oohh yaudah besok gue ke sana

Oke deh.

BIIPP

Sambungan pun terputus. Cakka menatap Alvin yang menatapnya datar. Cakka pun menunjukkan senyuman devilnya yang membuat Alvin bingung.

"Vin.. hehe.." cengir Cakka tiba-tiba.

"
Apa loe?  Gak jelas banget." timpal Alvin sedikit membentak

"
Selooww dong Vin. Oh ya, gue harus nelpon princess gue."

Shill

Siapa nih?

Ini gue Justin Bieber

Apaan sih loe? Loe Cakka ya?

Hehe... Iya..Sayang..Gini yang.  Gue , Alvin sama Sivia mau liburan ke puncak.  Loe mau ikut gak?

Ikut dong.  Kapan?

Yees... Besok ,gue jemput loe deh

Ohh yaudah.

Iya

BIIPPP

Cakka kembali tersenyum kepada Alvin. Membuat
Alvin semakin jijik melihat senyuman Cakka.

“Tatapan loe mencurigakan. Sumpah.” Kata Alvin. Cakka memasang wajah datarnya.

“Sialan loe.” Jawab Cakka.  Alvin memutar kedua bola matanya. Lalu Ia pun tiduran dikasur empuk itu.

"Loe cinta sama Shilla Kka?" tanya Alvin sedikit serius.

"Hah?  Ya iyalah .  Gila aja gue gak cinta sama dia." ucap Cakka sembari meminum hot cappuccino nya.

" Ohh... Gue suka sama Shilla."

"Uhuukk..uhuuk..uhukkk." tiba-tiba Cakka terbatuk  setelah mendengar pengakuan Alvin.

" Cakk.. Cakk.. Loe gapapa Cakk? " ucap Alvin
yang langsung bangun dan menghampiri Cakka.

"
Airr...airr.." Alvin pun mengambil air didapur. Dan memberikannya kepada Cakka. Lalu Cakka meminumannya.

"
Makanya pelan-pelan Cakk.. kalau minum." ujar Alvin. Emang enak loe gue kerjain. batin alvin berbicara. Cakka pun menatap sahabatnya itu.

"
Loe..Loe beneran suka sama Shilla?" tanya Cakka sedikit terbata-bata.

"
Iya Cakk... Gue suka sama Shilla tapi..." ucapan Alvin tergantung membuat Cakka penasaran.

"
Tapii..."

"
Tapi bohong hahahahaha...." Tawa Alvin meledak. Membuat seisi rumah ini bergetar. Cakka menatap Alvin tajam. Ternyata Alvin hanya mengerjainnya.

" sialan loe."

******

Keesokan harinya

14.30 Perjalanan menuju Villa.


Cakka, Alvin, Shilla dan Sivia benar-benar ke puncak. Betapa senangnya mereka melewati berbagai kebun teh yang indah. Disertai dengan jalanan yang berbelok-belok membuat tempat itu semakin indah. Alamnya pun sangat sejuk dan sedikit dingin
dilengkapi dengan kabut yang tidak terlalu tebal. Akhirnya mereka memasuki kawasan hutan.  Jalan yang sedikit berlubang membuat mobil mereka tidak melaju cepat. Hari pun semakin sore. Dan jalanan ini  semakin sepi.

"
Apa masih jauh Vin?" tanya Sivia kepada Alvin.

"
Bentar lagi sampai kok.  Kenapa Vi?" tanya Alvin

"
Gapapa."

Beberapa jam kemudian mereka pun sampai ke tempat tujuan. Yaitu Villa 18. Villa yang kumuh dan tak berisi itu menjulang tinggi. Tanaman yang sudah mati pun tak memperindah rumah ini lagi. Dan banyak dedaunan yang berjatuhan di tanah.

"
Ini bener Vin Villa nya?" tanya Cakka

"
Iya Cakk.. Ini Villanya. Tapi waktu itu bukan kayak gini deh."

"
Yang bener Vin? "

"
Iya Cakk.. Waktu pertama kali gue kesini. Rumah ini tuh indah. Banyak tanaman. bersih lagi."

"
Emang kapan loe kesini?" tanya Shilla

"
Emm.... Kelas 3 SD hehe.."

"
Wooo pantesan aja.  Waktu loe masih kecil. "

"
Hehe iya Cakk.. Pantesan aja berubah."

"
Yaudah deh gue cek dulu." Alvin pun turun dari mobil. Ia membuka gerbang rumah itu. Dilihatnya banyak sekali sarang laba-laba yang menyarangi pepohonan atau pun Villa itu.

CLEEKK

Alvin membuka pintu Villa itu yang tidak terkunci. Alvin pun memasuki Villa ini dengan perasaan tak enak. Ia melihat-lihat Villa itu.
Kotor dan tak berpenghuni. Dilihatnya kedalam, beberapa debu terlihat disemua furniture Villa itu, dinding-dinding terlihat retak dan beberapa langit-langit ruangan berlubang. Sepertinya Villa itu sudah tak dihuni beberapa tahun.

"Permisi..." Sapanya. Alvin semakin dalam memasuki Villa itu. Ada rasa aneh yang menyelimuti dirinya.

"Permisi " sapanya sekali lagi.  Tetap tidak ada yang menyahut.

"Permisiii.." untuk ketiga kalinya pun tetap tidak ada orang yang datang atau menghampirinya.

"Gak ada orangnya nih Villa. Ya
udah deh gue ke mobil aja."

"
Gimana Vin? Ada orang gak?" ucapan Cakka membuat Alvin terkejut.

"
Huufftt sialan loe Cakk.  Buat gue jantungan. Kayaknya gak ada Cakk."  ucap Alvin

"
Sorry.  Hari semakin gelap , kita menginap di sini aja."

"
Tapi tempat ini kayaknya angker deh Cakk." lirih Sivia agak ketakutan sembari memegang lengan Shilla.

"
Takut mulu loe Vi. Kapan beraninya?" sindir Alvin dan mendapat tatapan tajam dari Sivia.

"
Kayak loe gak aja sih."

"
Gue kan cowok Vi.  Gue gak pernah takut." ucap Alvin bangga.

"Loe kan letoy Vin!" ucap Cakka tanpa dosanya.

"Gue gak letoy Cakk... Cuma kebanci-bancian dikit. PUAS LOEE.." Teriak alvin

"Hahaha... Sorry Vin. Kita cuma bercanda aja. Yaudah kamar kita dilantai atas aja."  ucap Cakka dan diangguki kedua temannya dan kekasihnya.

"Yaudah loe pada ke atas duluan
gue kebelet nih "kata Sivia dan berlari terbirit-birit mencari toilet.  Sedangkan Cakka, Shilla juga alvin membereskan kamar mereka yang akan mereka tempati.

*****

Toilet

Sivia akhirnya pun merasa lega setelah beberapa menit mencari toilet. Ia keluar dari toilet dan menemukan sebuah karung besar didekat pintu toilet. Karena penasaran Sivia pun membuka karung Itu.

"HHA?
Golok sama keris?  Siapa yang naruh ini semua disini? " tanya Sivia pada dirinya sendiri. Ia merasa terkejut sebab isi karung itu berupa golok dan keris beserta ceceran darah.

"
Itu milik saya, jangan coba-coba kamu sentuh."

Tiba-tiba Sivia mendengar suara dan dengan cepat Sivia membalikkan badannya. Dilihatnya seorang lelaki tua yang sedang menatapnya tajam sembari membawa golok.

"AAAAAAAAA....."

****

"SIVIAA.."

Kedua lelaki ini langsung panik mendengar teriakan Sivia. Shilla yang sedari tadi dikamar pun langsung menghampiri kamar Cakka dan Alvin. Lantas Shilla langsung membuka pintu kamar mereka.

BRAKK

“Sivia kenapa?" Tanya Shilla panik.

"
Toilet." mereka pun langsung berlari kearah toilet.  Pertanyaan Shilla pun diabaikan oleh kedua lelaki itu. Shilla tidak memperdulikan pertanyaannya itu dan Ia hanya mengkhawatirkan Sivia.

Mereka bertiga pun berjumpa dengan Sivia yang sedang menutup mulutnya dan dihadapan Sivia terdapat lelaki paruh baya. Betapa kagetnya mereka yang melihat lelaki tua itu membawa golok
membuat bulu kuduk mereka terasa berdiri.

"
Emm.. kakek siapa ya?" tanya Alvin memberanikan diri.

"
Harusnya saya yang menanya ke kalian.  Ada apa kalian kemari?" tanyanya dengan suara serak yang menyeramkan.

"
Emm.. Gini kek. Kami ingin menginap di Villa ini. Dan ini Villa milik paman saya. Oiya, paman saya kemana ya kek?  Dan kakek ini siapa?" tanya Alvin sekali lagi.

"
Jangan tanyakan pemilik Villa ini. Saya Asep, saya penjaga Villa ini.  Kalau kalian mau menginap disini, jangan berbicara hal yang tidak-tidak. Paham?" Ucap Kakek Asep sedikit membentak.

"
Iya kek. "

Mereka berempat pun kembali ke kamar masing masing. Dengan perasaan sedikit lega karena Villa ini ada penjaganya.

*****

Kamar perempuan

Shilla dan Sivia sedang sibuk melakukan aktivitas berbenah. Mereka membenahkan pakaian ke dalam lemari.

"Shill.
Loe ngerasa aneh gak sih sama kakek Asep?" tanya Sivia

"
Enggak tuh. Emang kenapa Vi?"

"Gue ngerasa kalau kakek Asep itu membunuh pemilik Villa ini." cetus Sivia seenaknya.

"Heh Sivia. Loe kalau ngomong dijaga dong.  Kalau kakek Asep denger gimana?" omel Shilla.

"Gue ngomong fakta Shill.  Gue yakin kakek itu tuh pembunuh dari tatapan matanya aja udah serem."

"Ssttt kalau dia bukan pem
bunuh gimana?  Loe yang bakal gue bunuh."

"
Iihh Shilla. Tapi gue yak.."

"
Terserah loe deh.  Gue mau mandi." ucapan Sivia terputus oleh ucapan Shilla. Membuat Sivia memajukan bibirnya kesal.

*******

kamar lelaki

Cakka dan Alvin sedang berbenah. Tak jauh dari Sivia dan Shilla. Mereka pun membenahkan pakaian mereka ke dalam lemari . Cakka pun selesai berbenah dan membaringkan tubuhnya. Alvin melirik Cakka dan menghampiri Cakka.

"Cakk .
 Menurut loe kakek tadi itu beneran penjaga Villa ini bukan?" tanya Alvin tiba-tiba.

"
Ya penjaga nya lah. " jawab Cakka singkat sembari memejamkan matanya.

"
Tapi dia kayaknya menyeramkan deh Cakk. Soalnya pas gue tanya pemilik rumah ini dia malah ngebentak kita kan?"

"
Terus?"

"
Ya terus gue ngerasa aja kalau kakek tadi tuh pembunuh Cakk." ucap Alvin sedikit menunjukkan wajah ngerinya.

"
Pikiran loe negatif terus Vin. "

"
Yaelah Cakk. Gue serius."

"
Gue juga."

Alvin membuka laci meja disebelah tempat tidur.
Dan dilihatnya berbagai banyak jenis pisau dan keris. Disertai lumuran darah segar yang sepertinya darah baru yang baru keluar.

"
Tuh Cakk.  Ini buktinya! " ucap Alvin mengagetkan Cakka. Lantas Cakka duduk dan mengambil pisau.

"
Siapa tau ini cuma koleksi aja Vin." ucap Cakka mencoba tenang.

"
Mana mungkin Cakk. Ini semua banyak darahnya. Darah segar nih."

"
Darah suci Vin." celetuk Cakka

"
Itu GGS Cakk.  Gue serius nih. Ini pasti darah manusia." ujar Alvin

"Fitnah loe.  Udahlah gak usah dipikirin.  Kita kesini buat liburan bukan buat mikirin kayak gituan.  Jangan ganggu gue mau tidur." Cakka pun berbaring dan menutup seluruh tubuhnya dengan selimut, sedangkan Alvin hanya melengos dan ikut tidur.

*****

Keesoka
n harinya.

Shilla dan Cakka berselfie ria disamping Villa. Dengan mesranya mereka sampai berpegangan tangan dan saling rangkul. Disisi lain ada seorang perempuan yang sedang mengintip kemesraan mereka.

"
Sayang.  Kamu tau gak?" tanya Cakka

"
Tau apa?" tanya shilla

"
Kamu hari ini cantik." celetuk Cakka dan membuat kedua pipi Shilla memerah.

"
Sayang." Cakka memegang kedua pipi Shilla membuat wajahnya menghadap ke arah Cakka. Ditatapnya kedua bola mata itu. Indah dan sedikit berkaca-kaca.

"
Mata kamu indah." ucapnya.

"
Mata kamu juga indah." balas Shilla

"
Kamu cantik." untuk kedua kalinya Shilla dibuat salting oleh Cakka.

"
Gue emang cantik dari sananya."

JTAAK

"AWWW"  Shilla meringis kesakitan karena kepalanya sedikit di jitak oleh Cakka. Shilla memanyunkan bibirnya.

"
Sakit tau."

"
Bibirnya jangan maju-maju dong. Nanti aku cium nih."  ujar Cakka menggoda Shilla kembali.

"
Apaan sih loe." Shilla menjauhkan wajahnya dengan wajah Cakka.

"
Hehe sayang. Sorry gue cuma bercanda. "

"
Iya. Yaudah masuk yuk."

Mereka pun memasuki Villa kembali. Saat sampai dekat pintu masuk. Shilla seperti melihat sosok putih
didekat jendela.

"Cakk.. Cakk...
Itu apaan?" tanya Shilla sembari menujuk ke arah jendela.

"
Mana?" tanya Cakka balik.

"
Ituu.. Lohh kok gak ada?" Shilla sepertinya kebingungan. Ia pun menghampiri jendela dan dilihatnya tidak ada apa-apa.

Cakka.  Tadi..tadi disini tuh ada putih-putih." ucap Shilla

"
Ah paling cuma kain Shill." ucap Cakka menenangkan Shilla.

"
Beneran. Dia itu semacam noni belanda." tegas Shilla masih kekuh bahwa ia melihat sosok lain. Tapi Cakka sama sekali tidak percaya.

"
Udahlah sayang.  Mungkin itu cuma kain. Ayok masuk."

Mereka memasuki Villa itu dan memasuki kamar masing-masing.
 Sivia dan Alvin memasuki Villa juga setelah setengah jam mereka berdua mengelilingi seluruh luar dan dalam Villa ini

*****

Hari mulai sore.
Waktu pun menunjukkan jam 16.30. Langit pun terlihat mendung menandakan sebentar lagi akan hujan. Ditambah angin yang tidak terlalu kencang. Cakka, Shilla, Sivia dan Alvin sedang berbincang-bincang ditengah-tengah Villa. Lebih tepatnya ruang keluarga di Villa ini.

"
Mau hujan." ucap Sivia saat melihat langit mendung.

"
Udah biarin kita kan didalam rumah ." ujar Alvin

"
Iya sih."

"
Em.. Gue laper nih." ucap Shilla sembari memegang perutnya.

"
Gue juga laper nih. Bikinin mie dong Shill. Di dapur udah ada kok mie nya." suruh alvin seenaknya.

"
Bikin aja sendiri." marah Shilla. Ia pun pergi ke dapur dan memasak mie.

" Tobat Cakk punya cewek kayak dia.
Malesnya gak ketulungan. ckck." celetuk alvin tanpa dosanya

"
Haha... gitu-gitu juga cewek yang gue sayang ,Vin. " tawa Cakka begitu senangnya.

"
Iya deh tau yang pacaran mesranya gak ketulungan." sindir Sivia berniat bercanda.

"
Apaan sih Vi? Sirik aja loe. Jadian sana sama Alvin hahahhaa.." Cakka semakin menggoda kedua orang itu. Membuat keduanya sedikit salting. Dengan cepat Sivia dan Alvin menghilangkan rasa malunya.

"
Ngomong sana sama tembok." Sivia rupanya semakin kesal atas perkataan Cakka.

"
Canda Vi."

"AAAAAAA....."

Tiba-tiba Shilla berteriak dengan kerasnya. Membuat Cakka,
Alvin dan Sivia panik.

"Shilla?"

"Shilla kenapa?" tanya Sivia.

Tanpa babibu lagi mereka bertiga pun berlari ke dapur. Dilihatnya Shilla yang sedang duduk dipojok dan menangis histeris.

"Shilla.."

Mereka bertiga menghampiri Shilla. Cakka pun mendekap Shilla erat. Shilla masih sesengukan menangis karena takut.

"
Kamu kenapa Shill?" tanya Cakka lembut. Shilla tak menjawab pertanyaan Cakka. Ia masih menangis didekapan Cakka. Membuat Cakka semakin khawatir dan bingung.

"Shill loe kenapa?" Kini giliran Sivia yang bertanya. Dan pertanyaan itu tetap tak dijawab oleh Shilla.

"
Gue...gue..gue..lihat han...han..."  ucap Shilla terbata-bata disela tangisannya.

"
Hantu Shill?" tanya Sivia. Shilla mengangguk pelan.

"
Mana Shill hantunya? Sini biar gue yang ladenin. Gue tusuk-tusuk tuh hantu." ucap Alvin sok memberanikan dirinya.

Shilla menujuk kerah jendela dekat dapur. Alvin Cakka dan Sivia melihat ke jendela. Betul. Dilihatnya betul-betul Hantu. Mereka melihat si Hantu
. Ia terlihat berlumuran darah, tangannya direntangkan ke depan seakan-akan meminta tolong. Wajanya mengerikan dan ia memakai kain putih.

"Vin, kata loe mau nusuk-nusuk dia. Ya udah gih tusuk." ucap Cakka tanpa mengalihkan pandangannya dari  Hantu itu.

"AAAAAAAAAA......" Mereka berempat pun berlari terbirit birit menjauhi dapur. Dengan berlari secepat kereta mereka menuju kama
r lelaki Dan menutup rapat-rapat pintu kamar. Mereka berempat pun berbaring di kasur dengan menutupi selimut.

"
Geser dong sempit nih. " bisik Sivia dengan suara bergetarnya.

NA..NA..NA..NA...

Tiba-tiba terdengar suara orang bernyanyi. Mereka berempat melototkan matanya dan saling tatap menatap.

"
Suara siapa itu?" bisik Alvin ketakutan.

"
Mana gue tau." jawab Sivia.

Tok..tok..tok..

Ada yang mengetuk pintu kamar ini. Mereka berempat menutup mulut mereka agar tidak berteriak. Keadaan yang mencekamkan ini membuat jantung berdetak hebat. Keempat manusia itu merasakan ketakutan saat datangnya sosok lain.

Tok..tok..tok

Diketuknya kembali pintu kamar ini. Cakka Shilla Sivia dan Alvin semakin tegang dan ketakutan.

Teng..teng..teng...(?)

Suara piano berbunyi tiba-tiba. Mereka baru sadar ternyata suara piano itu terdengar dekat. Sepertinya suara piano itu ada di kamar ini. Ya , didalam kamar lelaki ini terdapat sebuah piano yang tersimpan dipojokan kamar dengan berbagai banyak sarang laba-laba dan percikan darah.

Tik..tik..tik..

Seperti suara hujan. Padahal diluar Villa tak hujan. Ternyata itu suara jatuhnya darah dari meja ke lantai. Ketakutan menyelimuti mereka berempat. Alvin melihat jam tangannya. Jam memukulkan 00.00. Waktu yang memukulkan hantu-hantu itu keluar.

"
Jam 12 pas bro. pantes aja hiihh..." bisik Alvin.

"
Berisik loe. Diem deh." ucap Cakka yang berada didekat Shilla. Posisi mereka sedang berbaring. Cakka berbaring disebelah kiri dekat dengan tembok.  Sedangkan Alvin berbaring di sebelah kanan. Dan perempuan ditengah-tengah kedua lelaki ini.

Tuk..tuk..tuk..

Untuk kesekian kalinya mereka mendengar kembali suara orang berjalan.  Sepertinya suara itu mengarah ke mereka.  Dengan rasa takut mereka memejamkan matanya.

SSRRRTTTT

AAAAAAAAAA

Mereka berempat berteriak saat selimut mereka ada yang menarik dan dilihatnya seorang perempuan sedang berdiri disamping kasur ini. Alvin yang berbaring diposisi samping kasur ini pun merasa sudah tidak bernafas lagi. Detak jantung mereka begitu cepat saat perempuan itu mengarahkan wajahnya ke arah mereka.

Wajah yang penuh darah dan penuh dengan jerawat disertai bau bunga tujuh rupa menghadap ke Alvin.Alvin yang sedari tadi memejamkan matanya akhirnya memberanikan diri untuk membuka matanya. Saat dibuka mata itu Alvin langsung kaget tiada tara.

Tiba-tiba leher alvin berasa ada yang mencekik. Alvin membuka mulutnya meminta pertolongan. Nafasnya sudah hampir habis karena cekikan itu sangat kuat. Sivia dan Shilla menangis saat melihat kedua bola mata Alvin hampir keluar.

Tak lama Alvin pun menghembuskan nafasnya. Keadaan semakin membuat mereka ketakutan. Disana hanya Ada Cakka diantara kedua gadis itu. Dan mayat Alvin disertai dengan perempuan itu yang sepertinya belum puas membunuh Alvin.

"
Loe...Loe mau apa?" tanya Cakka memberanikan diri bertanya. Perempuan itu menatap Cakka tajam. Namun tangannya tanpa henti mencekik Alvin.  Pertanyaan Cakka tak dijawab perempuan itu. Ia malah mengarahkan tangannya menunjuk ke Sivia.  Ditariknya Sivia untuk mendekat kepadanya.

"Viaaa..." teriak Shilla saat Sivia ditarik perempuan itu.

"TOLLOONGG... TOLLONGG GUE CAKK..SHILL..TOLONGGG HIKSSS..." Teriak Sivia ketakutan. Tanpa butuh lama perempuan itu mengeluarkan pisau dan menusuk-nusuk perut, dada, leher dan mata Sivia. Shilla semakin histeris menangis dipelukan Cakka. Begitu juga dengan Cakka.

"
Ma..mau..mau loe apa?" tanya Cakka sekali lagi. Perempuan itu mengarahkan matanya ke Cakka dan Shilla. Tetapi tangannya masih asik menusuk-nusuk tubuh Sivia. Hingga darah itu pun berceceran ditubuh Alvin dan Sivia.

"
Aku ingin kalian pergi dari sini. " ucapnya dengan suara serak.

"
I..iya kita akan pergi. ta..tapi jangan bu..bunuh kita." ujar Cakka dan dengan cepat berlari sambil memegang erat tangan Shilla.

Cakka Dan Shilla berlari keluar Villa dengan cepat. Mereka pun memasuki mobil dan melajukan mobil dengan kecepatan tinggi. Diperjalanan hutan mereka pun semakin ketakutan karena hutan itu semakin gelap. Shilla yang duduk disamping Cakka pun terus menangis histeris. Tak menyangka liburannya akan menghancurkan hidupnya dan teman-temannya.

"
Gak nyangka gue kalau liburan kita kayak gini." ucap Cakka dan diangguki Shilla.

Lampu-Lampu jalanan kota pun terlihat. Mereka merasa lega karena sudah sampai jalanan kota puncak. Keadaan mencekam itu belum berakhir. Saat mereka sedang asik bernafas lega terdengar suara orang sinden didalam mobil. Cakka melirik Shilla begitu juga dengan Shilla. Mobil pun diberhentikan Cakka ditepian warung. Cakka dan Shilla melihat ke belakang. Tak ada apa-apa. Saat mereka melihat kedepan. Terdapat Perempuan tadi yang ada di Villa.

"AAAAAAA "

Teriak Cakka dan Shilla. Dengan cepat Cakka menyalakan mesin mobil dan menjauhi tempat tadi. Jalanan sepi pun membuat Cakka lebih cepat membawa mobil. Saat melewati turunan. Kabut Asap tebal pun melewati mobil mereka dan setelah mereka melewati kabut itu mereka melihat perempuan tadi ditengah jalanan. Cakka tak bisa berpikir cepat dengan keadaan panik Cakka membantingkan setir mobil kearah ke kiri
.

BRAAKKKK

Mobil Cakka menabrak tebing. Dan membuat tebing itu longsor mengarah ke mobil Cakka. Tentu saja tanah-tanah itu menutup mobil Cakka. Cakka dan Shilla sudah tidak bernafas lagi. Karena mobil sudah hancur juga ditambah tanah longsor yang menimpa mereka.

Disisi lain,
seorang perempuan melihat kejadian itu. Ia tersenyum senang. Senyuman yang tak bisa diartikan. Ya senyuman sinis dengan tatapan tajam. Siapa lagi jika bukan perempuan yang ada di Villa tadi.

THE END

****

Maaf, jelek. Ini cerita pertama banget punya gue waktu itu. Dan ini juga postingan cerpen pertama di blog pertama gue. Tapi, ah yasudahlah. Karena ini dipindahin, jadi, semua postingan di blog pertama ada semua diblog ini.

Okedeh, jangan lupa follow twitter dan instagram gue
@santi_NRG


Arigatou :*

Kamis, 22 Juni 2017

LIRIK LAGU : SEDIKIT WAKTU - THE FINES TREE

Apakah kamu
Berikan lagi aku waktu
Untuk menjelaskan
Kepergianku waktu itu

Maaf dan maaf
Tak ada lagi yang diperdebatkan
Semua kesalahan
Itulah yang aku berikan

Apakah sang waktu
Telah menyembuhkan lukamu
Apakah dirimu
Mau memaafkan aku

Sedikit waktu yang aku minta
Apakah kau kan memberikannya
Terserah kepadamu
Semua terserah kepadamu

Sedikit waktu yang aku punya
Semoga kau kan memahaminya
Terserah kepadamu
Semua terserah kepadamu

Aku disini
Kamu disana
Sedikit waktu tuk bertemu

Aku disini
Kamu disana

Sedikit waktu tuk bertemu

LIRIK LAGU : KAU DAN AKU - THE FINEST TREE

Di depan laptopku ku curahkan hatiku
Betapa ku
ingin cepat pulang untukmu
Semoga jaringanku menyampaikan padamu
Perjalanan jauh tak membunuh rinduku

Jauh nafas ini doaku kepadamu
Untuk kera
ngka mimpi yang ku bicarakan
Sunset hari ini telah mengingatkanku
Betapa hebatnya tatapan itu

Kau dan aku kan kembali bersama
Kau dan aku tinggal tunggu waktunya
Kau dan aku ada tuk selamanya
Kau tau, kau tau, kau tau

Jauh nafas ini doaku kepadamu
Untuk kera
ngka mimpi yang ku bicarakan
Sunset hari ini telah mengingatkanku
Betapa indahnya tatapan itu

Kau dan aku kan kembali bersama
Kau dan aku tinggal tunggu waktunya
Kau dan aku ada tuk selamanya
Kau tau, kau tau, kau tau

Kau dan aku kan kembali bersama
Kau dan aku tinggal tunggu waktunya
Kau dan aku ada tuk selamanya
Kau tau, kau tau, kau tau


LIRIK LAGU : LUPA BAWA NYALI - THE FINEST TREE

Tiap kali ku melihatmuSesak nafas dan kehilangan arahTolong tolong tolong bantulah akuBerdiri tegak dengan dua kaki ku Hei little babyKau membuat nafas ini
Lepas dan tak terkendaliTak bernyali ( mana nyalimu )
 Tolong kembaliKembalikan nafas iniBerilah sedikit lagiHarga diri Pernah aku mencoba cool didepanmuKeringat dingin membasahi wajahkuLalu kau bertanya apa yang terjadi?Aku bilang aku lupa bawa nyali Hei little babyKau membuat nafas iniLepas dan tak terkendaliTak bernyali ( mana nyalimu ) Tolong kembaliKembalikan nafas iniBerilah sedikit lagiHarga diri Ini semuaBetapa besar cintaku padamuTak bisa lagi aku menjelaskanYang aku tauYang aku tauAku tergila-gila kepadamu Selalu begini selalu beginiTiap aku mencoba cool dihadapanmuJantung terasa lepas nafas tak terkendaliNervous mendera sekujur tubuhku Pasti begini oh pasti beginiTiap aku mencoba cool dihadapanmuKata yang ku siapkan lenyap begitu sajaDidepanmu aku seperti tak berarti Aku selalu lupa bawa nyali Hei little babyKau membuat nafas iniLepas dan tak terkendaliTak bernyali ( mana nyalimu ) Tolong kembaliKembalikan nafas iniBerilah sedikit lagiHarga dirix

DIARY DEPRESI RIO

Haiii...Haiii...Haii.... I’m comeback again. Ini ceritanya tentang Rio nih yang depresi sama kehidupan lalunya. Sedikit dari kisah nyat...

Cari Blog Ini